Skala prioritas merupakan ukuran kebutuhan seseorang berdasarkan hal utama yang harus didahulukan. Skala tersebut harus disusun dengan tepat agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Terdapat tiga faktor utama yang ikut terlibat dalam pemenuhan skala prioritas tersebut yaitu tingkat pendapatan, status sosial, dan lingkungan sosial.
Dalam hal ini tingkat pendapatan ikut berpengaruh karena apabila semakin tinggi seseorang semakin banyak kebutuhan pula yang dimiliki. Nah, mengenai status sosial berpengaruh pada penentuan prioritas individu karena adanya peran di masyarakat. Sedangkan pada lingkungan sosial mempengaruhi kecendrungan seseorang dalam menentukan kebutuhannya.
Oleh karena itu skala kebutuhan dan prioritas setiap orang itu pasti berbeda-beda. Seperti halnya kebutuhan saya pastinya akan berbeda dengan kamu dan dia. Tidak mungkin sama kan, apa lagi laki-laki kok sama kebutuhannya dengan perempuan bisa hancur dunia.
Selain tiga faktor penting yang sudah tertulis diatas, ada tahap-tahap susunan skala prioritas pada tingkat urgensi, kesempatan yang dimiliki, pertimbangan masa depan, dan kemampuan diri. Yang pertama mari kita membahas mengenai tingkat urgensi.
Tingkat urgensi, mencerminkan hal-hal yang harus segera ditangani dan harus didahulukan, tidak bisa dikesampingkan. Jadi, yang sangat penitng seperti kebutuhan pokok adalah hal yang tidak bisa dikesampingkan karena ini merupakan kebutuhan untuk hidup.
Yang kedua adalah kesempatan yang dimiliki, dengan melihat peluang dari pemenuhan kebutuhan, jika peluang melakukan kegiatan ini jarang terjadi maka bisa saja kegiatan tersebut harus didahulukan. Ini saya masih belu mengerti apa maksudnya yah? Saya sendiri masih bingung.
Yang ketiga adalah pertimbangan masa depan adalah prioritas untuk jangka panjang, kita biasanya akan memiliki sesuatu yang ingin kita raih di kemudian hari. Hmmm, ini bisa dibilang sih, mengenai keinginan di masa depan yang belum bisa diwujudkan saat ini.
Yang keempat (red : yang terakhir) nah yang terakhir ini terkadang orang selalu memaksakan diri walau keadaan masih belum mampu memenuhinya. Mengenai kemampuan diri, adalah hal yang menjadi langkah penting. Sehebat apapun rencana kita jika tidak dibarengi dengan kemampuan diri maka itu menjadi sia-sia.
Setelah kita mengerti akan faktor dan tahapan menyusun skala prioritas ini kita dapat menyusunnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1). Tulislah semua kebutuhan yang ada, dan kemudian eliminasi kebutuhan yang tidak begitu penting.
2). Susun kebutuhan yang sudah ditulis berdasarkan tingkat kepentingan.
3). Berikan catatan pendanaan pada kebutuhan yang ada, seperti biaya transportasi untuk melakukan kegiatan.
4). Pilih kebutuhan yang memberikan manfaat yang paling optimal, dengan menyimpulkan skala prioritas yang dibutuhkan dan dana yang bisa disimpan.
5). Penuhi semua kebutuhan dengan daftar yang telah dibuat tersebut.
Dengan menyusun skala prioritas akan memberikan gambaran pada semua kegiatan kita yang akan datang. Yang menjadi pertanyaan untuk setiap orang. Sudahkah kita melakukannya dengan tingkat urgensi yang tepat? Apakah kegiatan itu akan menjadi pertimbangan masa depan kita?
Meski demikian ada beberapa kegiatan yang tidak menjadi pertimbangan masa depan, seperti halnya menonton, membaca komik, maupun hangout. Namun, hal tersebut tetap diperlukan dan penting hanya untuk sekedar me-refresh pikiran agar tetap rileks dalam berkegiatan.
Nah, apakah kita harus me-refresh pikiran kita setiap saat? Tentu saja tidak, mulailah untuk memahami apa yang harus didahulukan sehingga kita bisa mendapatkan waktu yang lebih berkualitas untuk bernafas. Menikmati proses, menuai hasil memuaskan, menjadi produktif yang nyata tanpa tergesa-gesa. Itulah kegunannya dari skala prioritas.
Jyujyur saja aku belum pernah menuliskan list skala prioritas kebutuhan, tapi setiap pengeluaran otomatis akan me-recall ingatan tentang urutan prioritas kebutuhan... agak riskan tapi cara itu bekerja pasa saya... cuman, hobby seperti menonton, hangout, atau baca komik, memang butuh sih koh, soalnya jadi bahan hiburan...
ReplyDeleteIya juga mbak Nisya tapi jarang ada orang yang seperti mbak yang hanya me-recall ingatan untuk prioritas kebutuhan.
DeletePelaksanaannya masih kurang konsisten... kadang yang prioritas kalah dengan yang tidak prioritas karena lebih dulu hadir koh..
ReplyDeleteIya bang karena banyak godaan sehingga yang prioritas di nomor duakan. Akhirnya pusing tujuh keliling untuk membeli prioritas.
DeleteSepakaaat, menikmati prosesnya, menjadi produktif tanpa tergesa-gesa dan endingnya akan menuai hasil memuaskan pastinya. Skala prioritas perlu ada biar rencana lancar jaya
ReplyDeleteWah, sama nih mbak Dian terkadang kita tidak pernah menikmati proses tersebut penuh dengan ke terpaksaan yah terkadang berantakan.
Deleteini yang sering kali saya melakukan pelanggaran, apa lagi kalo berkaitan dengan hobi. Jadi sering khilaf. akhirnya jadi kalang kabut sendiri. makasih mas kokoh hendra
ReplyDeleteTerkadang godaan itu lebih kuat untuk melakukan langgaran. Apa yang telah direncanakan jadi ambyar berantakan.
DeleteWah saya ini terkadang yang masih binggung menentukan skala prioritas. Mudah tergoda jika ada teman yang belanja jadi ikut-ikutan. Akhirnya sering menyesal, sebab barang yang dibeli tidak terpakai.
ReplyDeleteMakasih banyak tipsnya nanti bisa dicoba nih. .
Sama-sama mbak Sulis, enggak usah terlalu bingung untuk menentukannya. Yang ada perlu membiasakan diri untuk menggunkana skala tersebut.
DeleteAku tuh kadang udah bikin list mana yang prioritas mana yang bisa ditunda, cuma sering praktiknya gagal, koh. Sedih akutuh :(
ReplyDeleteNext dicoba tipsnya deh
Terkadang godaan untuk membeli hal-hal yang tidak penting sehingga melupakan prioritas penting sekali.
DeleteKalau saya skala prioritas masih di kebutuhan pokok dulu hehe
ReplyDeleteMalah itu yang harus diprioritaskan kak..kalau kebutuhan pokok ga jadi skala prioritas... sepertinya keliru dech
DeleteItu mah merupakan hal yang penting harus kudu mendahulukan hal yang penting dari pada yang tidak penting sama sekali. Setujuh dengan bang Kornelius.
DeleteSkala prioritas butuh komitmen tinggi spya tetap patuh dng yg sdh ditentukan..masalahnya sy nih bikin aturan sendiri etapi ga komit sendiri wkwk masih harus banyak belajar nih sy..
ReplyDeleteIya mbak Fitri. Dalam hal tersebut membutuhkan komitmen yang tinggi agar tetap dijalurnya.
Deletenah benar nih, kadang saya cuek aja gitu sama skala prioritas. giliran amburadul pusing sendiri hahaha. emang ya kita harus bikin tabel mana yang prioritas dan mendesak serta mana yang enggak. jadi jadwal juga lebih aman. makasih tipsnya.
ReplyDeleteAhahaha. duh, sepertinya ini problem (nyaris) semua orang ya mbak ...Aku susah-susah bikin skala prioritas, pas mo jalanin, eh yg di list kedua yg ingin dikerjakan daripada yg pertama.. ahhaha
DeleteWaduh mbak, jangan sampai cuek kan akhirnya pusing sendiri.
DeleteAlhamdulillah sejak kecil terbiasa diajarin begini sama mamak kami koh..
ReplyDeleteJadinya aku turunkan kembali pada anakku . Sedari dini harus paham juga skala prioritas, jangan sampe nanti udah besar gak tau mana kebutuhan primer mana yang sekunder.
Yups, paragraf terakhir itu jleb banget. Menikmati proses memang berakhir menyenangkan.
ReplyDeleteSering baca soal skala prioritas seperti ini tapi gak pernah nerapin huhu. Padahal bagus banget ya buat nerapin disiplin diri
ReplyDeleteSkala prioritas itu sama lah dengan komitmen dan disiplin. Kalo gak dipegang teguh, berantakan semua.
ReplyDeleteMenentukan skala prioritas itu memang sangat penting ya Koh, bahkan ada kitabnya sendiri yaitu Fiqh Prioritas di dalam Islam. Kalau peralatan paling bagus untuk pengaturan skala prioritas ini adalah time management quadrant, seperti yang di ilustrasi artikel ini
ReplyDeleteAh iya, saya sudah biasa menggunakan diagram di atas untuk melihat mana yang penting, mendesak dan sebaliknya. Untuk kesempatan belajar, saya sudah kaku banget malah. Hanya belajar yang sesuai dengan peta belajar.
ReplyDeleteKarena... di komunitas saya terlalu banyak kesempatan belajar dan ilmu yang tak habis-habis.
Lha kok malah melenceng.
Intinya sih. kalau untuk gaya hidup, saya sudah pakai teknik di atas dan memilih sesimpel mungkin. Juga dalam banyak hal.
Pernah bikin urutan prioritas dalam kehidupan. Termasuk dalam keluarga kecil kami. Eh tapi kurang komitmen realisasinya. Ada saja yang mengganggu .Hehe... Terima kasih Koh artikelnya
ReplyDeleteBukan hanya dalam hal pekerjaan di luar rumah saja ini y bang bahkan di dalam rumah pun bagi ibu rumah tangga harus pakai skala prioritas juga kalau enggak nanti berantakan.
ReplyDeleteNah bener banget, aku sebagai seorang pelajar sering banget keteteran mendahulukan mana yang menjadi prioritas. Akhirnya berantakan deh semuanya. Terima kasih infonya kak, aku jadi lebih muhasabah diri lagi.
ReplyDeletenah memilih skala prioritas emang udah kulakuin sejak awal kuliah dulu, apalagi prioritas masalah keuangan, soalnya semua pakai biaya sndiri,
ReplyDeletejaman skrg yg miris itu byk yg gatau mana yg harus diprioritaskan, trutama di kaum milenial
bener banget. saya sedang belajar nyusun skala prioritas sekarang. meski kadang masih keteteran. setidaknya saya sudah mulai. pelan tapi pasti semuanya akan tertata rapi kok.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSkala prioritas dalam hidup memang harus ada, jangan melihat seseorang udah bisa begini, begitu terus harus seperti dia, lihatlah ke samping kanan kiri bawah jangan lihat ke atas aja, semua butuh proses, nah setiap proses pasti ada hasil. Nikmati aja prosesnya ya kak.
ReplyDeletebener bgt nih koh, pas kuliah di institut ibu profesional ini yg pertama kali diajarkan untuk membuat skla prioritas
ReplyDeleteInget dulu sama suami (pas masih kuliah) sering bentrok karena beda memandang hal yg penting. Buat saya, semua hal penting, walau ada yg paling penting. Buat suami, kalau ada 1 yg penting, yg lain ga penting. Untung pas nikah saling memahami.
ReplyDeleteWah, baca ini langsung ketampar banget koh hendra. Selama ini saya asal sambar aja tanpa melihat skala prioritas. Jadi apa yang saya kerjakan seringnya terbengkalai. Sedih banget.
ReplyDelete