Rumah Terakhirmu |
Terdengar dari pengeras suara masjid, pengumuman mengenai kematian yang mengejutkan saya dan keluarga. Baru saja kemarin dia bercengkrama, bercanda tawa sambil menikmati secangkir kopi luwak buatanku sendiri dan ditemani sepiring gorengan.
Innalillahi Wa Innalillahi Ro'jiun, tak menyangka mengapa engkau begitu cepat meninggalkan sahabatmu ini. Dalam usia yang masih muda (36th), engkau begitu bersemangat mengejar dunia hanya untuk akhiratmu.
Aku tau sebenarnya dirimu tak sanggup lagi untuk berdiri di bumi ini. Namun, dengan penuh keyakinan bahwa kamu bisa melampaui segalanya. Tak ada yang bisa menghalangimu untuk mengapai akhirat itu.
Kini, hanya tubuh yang terbujur kaku didepanku. Dingin dengan seutas senyum yang terukir bibir yang telah membiru. Engkau biarkan wanita itu (yang engkau persunting sebagai pendamping hidupmu) menangis memeluk dirimu.
Sedangkan anak-anakmu yang masih kecil terdiam terpaku melihat wajahmu itu. Hanya hening yang menyergap sang waktu. Mereka belum mengerti apa terjadi denganmu, yang mereka tau hanya kamu tidur lelap.
Tak ada lagi canda tawamu, tak ada lagi tempatku berkeluh kesah akan hidup ini, dan tak ada lagi tempat untuk berdebat segala macam hal akan dunia dan akhirat ini. Aku akan selalu merindukan itu semua yang pasti akan merindukan kebaikanmu yang tak kan terlupakan.
Aku pun akan mengalami hal yang sama. Akan kah kita bertemu disana? Wallah'uhalam tak akan ada yang pernah tau akan hal itu. Semuanya akan menjadi rahasia. Yang terpenting adalah bagaimana kita memperlakukan dunia untuk akhiratmu.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHidup ini adalah sebuah persinggahan. Dan suatu saat akan pulang, menuju sebuah keabadian.
ReplyDeleteIya bang sementara saja
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete